1.
PENDAHULUAN
Bahan
pangan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia di samping
pendidikan,
kesehatan dan sandang lainnya. Kebutuhan bahan pangan ini
akan
terus meningkat sesuai dengan laju pertumbuhan penduduk. Secara
garis
besar masalah pangan dan sistem pangan umumnya dibagi atas sub
sistem
produksi, pengadaan dan konsumsi. Bahan pangan tersebut akan
mengalami
perubahan-perubahan yang tidak diinginkan antara lain
pembusukan
dan ketengikan. Proses pembusukan dan ketengikan
disebabkan
oleh adanya reaksi kimia yang bersumber dari dalam dan dari
luar
bahan pangan tersebut.
Dari
segi ilmu kimia, komponen utama dari bahan pangan terdiri dari
protein,
karbohidrat, dan lemak. Kerusakan bahan pangan ini
umumnya
disebabkan
oleh mikroorganisme melalui proses enzimates dan oksidasi,
terutama
yang mengandung protein dan lemak sementara karbohidrat
mengalami
dekomposisi. Dalam rangka menghambat proses kerusakan
pangan,
oleh beberapa pengusaha digunakan bahan pengawet dan
antioksidan
sintetis seperti formalin, asam benzoat, BHA (Butilated
Hydroxyanisol),
BHT (Butylated Hidroxytoluene) dan TBHQ (Tertier
Butylated
Hydroxyanisole) terutama untuk bahan makanan semi basah
seperti
tahu, mie, bakso, ikan, daging serta minyak/lemak.
Pada
saat ini penggunaan bahan pengawet dan antioksidan sintetis tidak
direkomendasikan
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) karena
diduga
dapat menimbulkan penyakit kanker (carcinogen agent). Karena
itu
perlu
dicari alternatif lain yaitu bahan pengawet dan antioksidan alami
yang
bersumber
dari bahan alam. Bahan pengawet dan antioksidan alami ini
hampir
terdapat pada semua tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan tersebar
di
seluruh tanah air. Sebagai contoh, asam sitrat yang bersumber dari
jeruk
nipis
telah lama digunakan oleh nenek moyang kita untuk menunda
pembusukan
dari daging dan ikan. Gambir dan pinang kaya akan senyawa
polifenol
yang mampu menghambat proses oksidasi dari bahan makanan
yang
berlemak. Masalahnya adalah bagaimana metoda yang digunakan
untuk
mengisolasi bahan pengawet dan antioksidan yang terdapat dalam
bahan
alam tersebut.
Departemen
Kimia, FMIPA USU yang diasuh oleh tenaga-tenaga ahli kimia
yang
sudah profesional, seharusnya sudah mampu sebagai penyedia
sediaan
bahan pengawet dan antioksidan dari bahan alami sehingga dapat
langsung
digunakan oleh para pengusaha pengolah bahan makanan baik
dikalangan
UKM/UMKM ataupun ibu-ibu rumah tangga.
BAHAN
PENGAWET DAN ANTIOKSIDAN
Beberapa
bahan pengawet yang digunakan selama ini adalah formalin,
asam
benzoat dan sebagai antioksidan adalah BHT, BHA, TBHQ dan lain-lain
bersumber
dari bahan minyak bumi atau sintesis (Deiana M, 2003; Freidon
Shahidi,
2003). Penggunaan bahan pengawet dan antioksidan sintetis pada
saat
ini tidak direkomendasikan oleh Departemen Kesehatan karena diduga
dapat
menyebabkan penyakit kanker (Carcinogenic Agent) (Hernani;
Mono
Raharjo,
2005).
Asam
sitrat dari jeruk nipis dan asam jawa sebagai bahan pengawet telah
lama
digunakan, sementara sebagai antioksidan adalah senyawa polifenol
yang
bersumber dari biji pinang dan gambir (Sihombing T., 2000; Amos,
dkk.,
1998).
Isolasi
asam sitrat dan polifenol dari sumbernya juga tidak begitu sulit
dilaksanakan,
sehingga dapat digunakan oleh usaha kecil, menengah
(UKM/UMKM)
atau industri pengolahan bahan makanan.
Berdasarkan
literatur disebutkan bahwa senyawa kimia yang bersifat asam,
ditambahkan
pada proses pengolahan makanan dengan beberapa
pertimbangan
antara lain:
-
Sifat asam dari senyawa dapat mencegah pertumbuhan mikroba
sehingga
dapat bertindak sebagai pengawet (APC-6092-To; 2003).
-
Pada pH rendah merupakan buffer yang dihasilkannya sehingga
mempermudah
proses pengolahan (Kartasapoetra, 1996).
-
Asam bersifat sinergis terhadap antioksidan dalam mencegah
ketengikan
dan browning pada bahan makanan yang mengandung
karbohidrat,
protein minyak/lemak (Tranggono-1990).
-
Dapat menurunkan pH larutan sehingga dapat mengintensifkan rasarasa
lain.
Hal ini disebabkan pengaruh ion H+ atau ion H3O+ dari
asam
(Rukmana R., 2003).
Asam
sitrat (asam 2 – hidroksi 1,2,3 – propanatrikarboksilat)
merupakan
asam
dengan molekul polifungsional yaitu satu gugus hidroksil dan tiga
gugus
karboksilat (Rukmana R., 2003) dengan rumus bangun:
H2C
– COOH
|
HO
– C – COOH
|
H2C
– COOH (C6H7O8)
Dari
strukturnya dapat dilihat bahwa asam sitrat ini dapat berfungsi
sebagai
kelator
terhadap logam.
Asam
sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran. Dalam jeruk
lemon
dan limau (jeruk nipis dan jeruk purut) sekitar 8% bobot basah. Pada
temperatur
kamar, asam sitrat berbentuk kristal, berwarna putih. Serbuk
putih
kristal tersebut dapat berupa anhydrous (bebas air) atau bentuk
monohidrat
yang mengandung satu molekul air untuk setiap molekul asam
sitrat.
Bentuk anhydrous asam sitrat mengkristal dalam air panas,
sedangkan
bentuk monohidrat didapatkan dari kristalisasi asam sitrat dalam
air
dingin. Bentuk monohidrat tersebut dapat diubah menjadi bentuk
anhydrous
dengan pemanasan di atas 700C. Selain dari penggunaan
sebagai
pengawet makanan dan minuman juga sebagai pemberi cita rasa,
menghilangkan
kesadahan air dengan menghilangkan ion-ion logam yang
terakomodasi
pada bahan penukar ion sebagai komplek sitrat. Dalam
industri
bioteknologi dan obat-obatan digunakan sebagai pelapis (passivate)
pipa
mesin, dalam proses kemurnian tinggi untuk menggantikan asam
nitrat.
Antioksidan
dalam bahan makanan berlemak berperan sebagai inhibitor
atau
pemecah peroksida (Freidon Shahidi – 2003; Gulgun Yildiz – 2003).
Mekanisme
oksidasi pada lemak/minyak pada prinsipnya merupakan proses
pemecahan
yang terjadi di sekitar ikatan rangkap dalam molekul gliserida.
(Silvia
Taga, 1994; Sunakim, 2002). Proses oksidasi ini terjadi dalam satu
seri
tahap reaksi yaitu tahap inisiasi, diikuti oleh tahap propagasi dan
tahap
terminasi
sebagai berikut:
Inisiasi
: RH R• + H+
Propagasi
: R• + O2 ROO•
ROO•
+ RH ROOH + R•
Terminasi
: ROO• + •OOR + O2 ROOR + ROO•
ROO•
+ R• ROOR
R•
+ R• R – R
Mekanisme
oksidasi pada minyak/lemak penting dalam perencanaan
operasi
dan optimasi proses.
Adanya
logam walaupun dalam jumlah kecil (trace) mempunyai peran
sebagai
prooksidan karena menambah radikal bebas akibat perannya
sebagai
pemecah peroksida.
M+
+ ROOH �� RO• + OH- + M++
M++
+ ROOH �� ROO• + OH+ + M+
----------------------------------------------
+
2
ROOH �� RO• + ROO• + H2
Logam-logam
seperti Cu+ dan Cu2+ atau Fe2+ dan Fe3+ mengkatalis hidrogen
peroksida,
mudah mengalami pemecahan menjadi radikal RO• dan ROO•,
karena
logam ini dapat mengalami oksidasi-reduksi (Neczk M., 1994;
Stavros
Lalas, 2002). Adanya panas juga sangat memacu proses oksidasi
terutama
pada suhu di atas 600C. Peningkatan suhu di atas 150C laju
oksidasi
menjadi dua kali lipat (Tranggono, 1990).
Di
samping itu aerasi membawa oksigen menjadi bersinggungan dengan
lemak/minyak,
juga akan meningkatkan laju oksidasi (Hernani, 2005).
Enzim
lipase dan lepogenase yang terdapat secara alami pada jaringan
hewan
dan tanaman juga dapat mempengaruhi laju oksidasi.
Foto
oksidasi asam lemak tak jenuh berlangsung melalui mekanisme
nonradikal
(Tranggono,
1990, Jaffar Naorozz, 1995). Dalam hal ini terjadi
reaksi
langsung antara oksigen singlet (1O2) dengan ikatan rangkap
karbonkarbon
melalui
kombinasi adisi “ena” sehingga terbentuk hidrogen
peroksida
pada masing-masing karbon tak jenuh.
1S
+ hv �� 1S• + 2 S• + 3S•
3S•
+ 3O2 �� 1O• + 1S
1O2
+ RH �� ROOH
S
adalah sensitisator dan tanda (S•) menunjukkan eksitasi elektron.
Oksidasi
enzimatis terhadap lemak tak jenuh oleh lipoksidase secara
steriospesifik
menghasilkan hidrogen peroksida optis – aktif yang
mengandung
sistem ikatan rangkap cis – trans terkonjungasi (Gulgun Yildiz,
2003).
Peran
antioksidan dalam molekul berlemak adalah sebagai inhibitor atau
pemecah
peroksida. Mekanisme penghentian rantai reaksi oksidatif
(Hernani,
2005) adalah sebagai berikut:
•
Dengan adanya
elektron pada radikal peroksi
•
Dengan donasi atau
hydrogen pada radikal peroksi
•
Dengan adisi pada
radikal peroksi sebelum atau sesudah terjadi
oksidasi
parsial
•
Berkaitan dengan
radikal hydrogen, bukan radikal peroksi
Sinergisme
dapat diartikan sebagai peranan gabungan antara dua atau
lebih
agensia sedemikian rupa sehingga total pengaruh yang lebih besar
dari
penjumlahan pengaruh masing-masing agensia bila tanpa dilakukan
penggabungan.
Asam-asam dapat berfungsi sebagai pengkhelat logam
(sinergis
asam). Logam dalam jumlah kecil merupakan faktor pemicu
perubahan
oksidatif awal yang mudah dikenal secara organokleptik pada
makanan.
Dengan adanya asam maka peubah oksidatif berkurang sehingga
peran
antioksidan menjadi lebih baik. Beberapa peneliti telah mencoba efek
sinergisme
antara asam dengan BHA dalam mencegah proses reaksi
oksidasi
minyak/lemak dari minyak kelapa sawit. Efek sinergisme ini dapat
berupa
pengikatan logam, pemecahan peroksida dan agensia pelindung
(Tranggono,
1990).
SUMBER-SUMBER
BAHAN PENGAWET DAN ANTIOKSIDAN
Tanaman
yang berkhasiat sebagai bahan pengawet dan antioksidan
menurut
Hernani dan Mono Raharjo (2002) dikelompokkan atas 4 golongan
yaitu:
1.
Kelompok tanaman sayuran
Brokoli,
kubis, lobak, wortel, tomat, bayam, cabai, buncis, pare,
mentimun,
dan sebagainya.
2.
Kelompok tanaman buah
Anggur,
alpukat, jeruk, semangka, markisah, apel, belimbing,
pepaya,
kelapa, dll.
3.
Kelompok tanaman rempah
Jahe,
temulawak, kunyit, lengkuas, temu putih, kencur, kapulaga,
temu
ireng, lada, cengkeh, pala, asam jawa.
4.
Kelompok tanaman lain
Teh,
ubi jalar, kedelai, kentang, labu kuning, pete cina, dll.
Dari
segi kimia komponen yang dikandung oleh sumber-sumber antibiotik
tersebut
adalah:
-
Sejenis polifenol
Polifenol
merupakan senyawa turunan fenol yang mempunyai
aktivitas
sebagai antioksidan. Antioksidan fenolik biasanya digunakan
untuk
mencegah kerusakan akibat reaksi oksidasi pada makanan,
Pemanfaatan
Bahan Pengawet dan Antioksidan Alami
pada
Industri Bahan Makanan
7
kosmetik,
farmasi, dan plastik. Fungsi polifenol sebagai penangkap
dan
pengikat radikal bebas dari rusaknya ion-ion logam. Senyawa
polifenol
banyak ditemukan pada buah, sayuran, kacang-kacangan,
teh
dan anggur.
-
Bioflavanoid (flavon, flavonol, flavanon, katekin, antosianidan,
isoflavon)
Kelompok
ini terdiri dari kumpulan senyawa polifenol dengan
aktivitas
antioksidan cukup tinggi. Senyawa flavanoid mempunyai
ikatan
gula yang disebut sebagai glikosida. Senyawa induk atau
senyawa
utamanya disebut aglikon yang berikatan dengan berbagai
gula
dan sangat mudah terhidrolisis atau mudah terlepas dari gugus
gulanya.
Di samping itu senyawa ini mempunyai sifat antibakteri dan
antiviral.
-
Vitamin C
Vitamin
C mempunyai efek multifungsi, tergantung pada kondisinya.
Vitamin
C ini dapat berfungsi sebagai antioksidan, proantioksidan,
pengikat
logam, pereduksi dan penangkap oksigen. Dalam bentuk
larutan
yang mengandung logam vitamin C bersifat sebagai
proantioksidan
dengan mereduksi logam yang menjadi katalis aktif
untuk
oksidasi dalam tingkat keadaan rendah. Bila tidak ada logam,
vitamin
C sangat efektif sebagai antioksidan pada konsentrasi tinggi.
Tubuh
sangat memerlukan vitamin C, karena kekurangan vitamin C
dalam
darah dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti: asma,
kanker,
diabetes, dan penyakit hati. Selain daripada itu vitamin C
dapat
memperkecil terbentuknya penyakit katarak dan penyakit
mata.
-
Vitamin E
Vitamin
E merupakan antioksidan yang cukup kuat dan memproteksi
sel-sel
membran serta LDL (Low Density Lipoprotein) kolesterol dari
kerusakan
radikal bebas. Vitamin E dapat juga membantu
memperlambat
proses penuaan pada arteri dan melindungi tubuh
dari
kerusakan sel-sel yang akan menyebabkan penyakit kanker,
penyakit
hati dan katarak. Vitamin E dapat bekerja sama dengan
antioksidan
lain seperti vitamin C untuk mencegah penyakit-penyakit
kronik
lainnya, namun dalam mengkonsumsi vitamin ini dianjurkan
jangan
terlalu berlebihan karena akan menekan vitamin A yang
masuk
ke dalam tubuh.
-
Karotenoid
Beta
karotein adalah salah satu dari kelompok senyawa yang disebut
karotenoid.
Dalam tubuh senyawa ini akan dikonversi menjadi
vitamin
A. Kekurangan beta-karotein dapat menyebabkan tubuh
terserang
kanker servik. Kanker ini banyak menyerang kaum wanita
yang
mempunyai kadar beta-karotein, vitamin E dan vitamin C
rendah
dalam darah. Untuk kaum laki-laki vitamin E sangat efektif
mencegah
penyakit kanker prostat. Golongan senyawa karotenoid
antara
lain: alfa-karotein, zeaxanthin, lutin dan likopen.
-
Katekin
Katekin
termasuk dalam senyawa golongan polifenol dari gugusan
flavanoid
yang banyak terdapat pada teh hijau. Dalam ekstrak teh
terkandung
30-40% katekin. Epigallokatekin merupakan katekin
yang
sangat penting dari teh hijau karena mempunyai daya
antioksidan
yang cukup tinggi, serta berperan dalam pencegahan
penyakit
jantung dan kanker. Dalam daun kering, teh hijau terdapat
sekitar
30-50 mg flavanoid.
4.
PEMISAHAN DAN PENGUJIAN KADAR BAHAN PENGAWET DAN
ANTIOKSIDAN
DARI BAHAN ALAM
Kandungan
bahan pengawet dan antioksidan dalam bahan alam umumnya
kecil.
Dalam pemakaian yang efektif seharusnya digunakan sesuai dengan
kebutuhan.
Karena itu agar pemanfaatan bahan pengawet dan antioksidan
ini
perlu dipisahkan atau diisolasi dari sumbernya, selanjutnya
ditentukan
kadar
dan aktivitasnya sebagai bahan pengawet dan antioksidan. Sebagai
contoh
yang telah dilakukan adalah pemisahan dan penentuan kadar asam
sitrat
dari jeruk nipis dan antioksidan dari buah pinang dan gambir
(senyawa
polifenol).
Asam
sitrat dari sumbernya dapat dipisahkan dengan mengendapkan sitrat
dari
larutannya dengan penambahan Ca(OH)2 (HPC-6092-To,2003)
membentuk
endapan kalsium sitrat. Sitrat dari endapan dipisahkan lagi
dengan
kolom yang berisi resin penukar kation (Rohim, 1999), dielusi
dengan
aquabides. Filtrat dipekatkan dan kadar ditentukan dengan HPLC.
(Rohn
and Hess, 1999). Demikian juga senyawa polifenol dari biji pinang
dan
gambir dapat dipisahkan dengan cara ekstraksi pelarut (etanol-air);
(aseton-air)
dan air pada 800C dari bubuk. Total polifenol ditentukan
dengan
cara volumetric (metoda stara Asam Tannat, SAT) atau dengan
spektrofotometer
(Metoda Kolorimetri, pembentukan warna biru oleh
reduksi
asam phosphotungtatmolybdic). Jenis polifenol ditentukan setelah
difraksinasi
menggunakan kolom kromatografi (sepadex LH-20) dengan
eluen
methanol-air (4:1) v/v. Pemurnian selanjutnya dengan KLT dengan
menghitung
Rf dan eluen (toluene –aseton – asam formiat) (6:6:1) v/v/v dan
(tert-butanol-asam asetat-air) (3:3:1) v/v/v. Fiksasi dengan FeCl3 1%
[K3Fe(CN)6]
1% dalam metanol. Sebagai pembanding digunakan asam
catechutanic,
pyrocatethecol, catechin dan asam gallat. Uji struktur dengan
1HNMR,
IR dan MS dan kadar dengan HPLC (Stavros Lalas, 2002; Tsakins
J.S.
1988). Beberapa peneliti terdahulu telah memisahkan senyawa
polifenol
dari biji-bijian dan digunakan sebagai antioksidan antara lain:
Naczk.
M; J. Pink (2001) menyatakan rasa sepat pada biji-bijian dan bagian
tanaman
disebabkan oleh senyawa polifenol. Senyawa polifenol ini
mempunyai
aktivitas biologis sebagai antioksidan dan dapat mengkilat
logam
(Dan E. Pratt, 1979).
Dari
biji kacang kedelai telah diisolasi 9 senyawa polifenol yang
mempunyai
sifat
antioksidan terhadap minyak dan lemak, diantaranya; valilic, caffeic,
p-coumaric
dan p-hydroxy benzoic. Ekstraksi diawali dengan metanol dan
pemurnian
dengan TLC dari ekstrak pekat.
Deiana
M., 2003, telah mengisolasi dan menguji aktivitas anti oksidan
terhadap
minyak dan lemak dari ekstrak Dephegnidium. L. Isolat yang
diperoleh
antara lain: dephnetin, daphnin, daphnoretin, dan quercetin.
Aktivitas
antioksidan dari isolasi terhadap minyak dan lemak ini
dibandingkan
dengan BHT dan hasilnya sama.
Dari
biji Niger (Guazotia abyssinica) telah diekstrak dengan tiga
jenis
pelarut
h (A = 80 : 20 v/v etanol/air); aseton-air B = 80 : 20 v/v dan C =
air
pada 800C. Ekstrak kasar difraksinasi menjadi 4 fraksi menggunakan
eluen
metanol – air (4 : 1) v/v. Setelah dipekatkan masing-masing ekstrak
kasar
ini diuji aktivitas antioksidannya terhadap asam linoleat dengan
konsentrasi
0,5 mg/5 ml : 1 mg/5 ml; 1,5 mg/5 ml dan 2 mg/5 ml. Sebagai
pembanding
digunakan juga BHA, juga memberikan hasil yang sama.
Silvia
Taga, M. (1984) telah mengekstraksi senyawa polifenol dari biji Chia
sebagai
antioksidan alami menggunakan pelarut metanol-air. Selanjutnya
senyawa
polifenol dipisahkan menjadi senyawa polifenol yang terkondensasi
dan
yang terhidrolisa. Ekstrak kasar dari kedua jenis polifenol ini diuji
antioksidannya
terhadap asam linoleat. Isolasi selanjutnya diperoleh: asam
cafeic
dan asam krogenik untuk polifenol yang tidak terhidrolisa dan
myrcetin,
quercetin, serta kamferol dari polifenol yang terkondensasi. Di
samping
itu juga terdapat asam caffeic yang semuanya bersifat antioksidan.
Dari
biji Moringa oleifera yang tumbuh di Malawi telah diekstrak dengan
kloroform
– metanol (50:50) v/v (Stravros Lalas, 2002). Ekstrak kasar
diekstrak lagi dengan campuran dietyl ether-n-butanol-air dan
ditampung
dalam
4 fraksi. Keempat fraksi dipekatkan dan diuji aktivitas
antioksidannya
terhadap
minyak bunga ros dalam berbagai konsentrasi.
Aktivitas
antioksidannya ditentukan melalui pengukuran bilangan peroxide
(PV);
absorbansi molar ( 1%
1cm
E pada 232 nm) dan penentuan MDA hasil
oksidasi
dari minyak/lemak kemudian dibandingkan dengan BHT.
Sun
Kim (2002) telah menguji perubahan komposisi asam lemak akibat dari
penggunaan
antioksidan dari ekstrak lada merah (Capsicum annuum L.).
Sebelum
komponen antioksidan dipisahkan, lemak dari biji lada merah
diekstraksi
menggunakan n-Heksana. Ampas diekstrak dengan diethyl-eter
untuk
memperoleh antioksidan. Perubahan komposisi asam lemak dilakukan
dengan
gas kromatografi.
Pengujian
aktivitas antioksidan terhadap lemak dapat dilakukan dengan
beberapa
cara antara lain:
-
Pengukuran perubahan bilangan peroksida (Gulgun Yildiz, 2003).
-
Pengukuran hidrogen peroksida menggunakan FOX (Ferrous
Oxidation
Xyneol Assay) (Jaffar Neonrozz – Zaedah, 1995).
-
Pengukuran derajat oksidasi asam linoleat dan linolenat dengan
metode
penimbangan (Jahar N.; Matikuinner, 2003).
Sementara
untuk menentukan bilangan peroksida (PV) (Pagnot and A.
Hautfene,
1997) dapat dilakukan dengan: FT-IR (Frontair Infra Red
Spectrofotometry),
Gabungan Ion Spray Mass Spektrometry (GC/MS), GCMS,
HPLC,
Teknik Spectroscopy IR dan NMR, perbedaan serapan UV pada
232
nm, NIR Transmission Spectroscopy (AOAC), Iodometri (Volumetris)
dan
FOX (Ferous Xylenol Orange).
5.
PROSPEK PEMANFAATAN BAHAN PENGAWET DAN ANTIOKSI DAN
ALAMI
Pemanfaatan
bahan pengawet dan antioksidan alami saat ini dan masa
mendatang
bukan hanya digunakan untuk bahan makanan tetapi juga
sebagai
menunda penuaan dini yang disebut anti aging. E.N. Kosasih, dkk.
dalam
buku “PERAN ANTIOKSIDAN PADA LANJUT USIA” mengatakan
bahwa:
“Terdapat kaitan erat antara status kesehatan dan usia harapan
hidup
manusia dengan pola konsumsinya”.
Sebagai
contoh:
Negara
dengan mayoritas penduduk berusia panjang seperti Jepang,
mengkonsumsi
makanan yang kaya akan antioksidan seperti kacangkacangan,
sayur,
buah serta berkebiasaan minum teh hijau. Masyarakat
Eskimo
yang hidupnya tidak lepas dari konsumsi ikan, jarang menderita
penyakit
jantung. Kelompok masyarakat yang terbiasa mengkonsumsi susu
fermentasi
ternyata mempunyai rata-rata usia yang lebih panjang.
Antioksidan
berfungsi mengatasi atau menetralisir radikal beban dan
melindungi
tubuh dari beragam penyakit, termasuk penyakit degeneratif
pada
usia lanjut seperti arteriosklerosis, demensu penyakit Alzheimer
serta
membantu
menekan proses tua.
Antioksidan
dapat menetralisir radikal bebas sehingga atom dengan
elektron
yang tidak berpasangan, mendapat pasangan elektron sehingga
tidak
liar lagi. Peran positif dari antioksidan adalah membantu sistem
pertahanan
tubuh bila ada unsur pembangkit penyakit memasuki dan
menyerang
tubuh.
Proses
tua tidak dapat dielakkan dalam kehidupan setiap insan di muka
bumi
ini. Banyak hal yang diupayakan oleh manusia untuk mencegah
terjadinya
proses tua, tetapi itu semuanya tidak dapat menghentikannya,
hanya
bersifat memperlambat. Proses tua menjadi bagian dari perjalanan
hidup
manusia, ibarat mesin yang terus bekerja, suatu saat akan “aus”
dan
menjadi
rusak. Hal yang utama yaitu menjaga agar mesin tersebut tidak
menjadi
cepat rusak dan mengoptimalkan fungsi dan kapasitas sesuai
dengan
kondisinya. Proses tua yang dialami manusia ibarat momok yang
sangat
menakutkan baik bagi laki-laki maupun perempuan dan mau tidak
mau
hal tersebut tetap terjadi sesuai dengan pertambahan usia kita.
Beberapa
hal yang diupayakan oleh setiap orang untuk menghadapi
kemungkinan
akibat dari proses tuanya antara lain:
•
Berpikir positif,
tetap gembira, dan semangat dalam menjalani hidup.
Hadapilah
semua hal dalam proses tua secara optimis, berbuat yang
terbaik
dan senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
•
Sadarilah bahwa
proses tua bukanlah suatu hal yang harus dihindari,
melainkan
harus tetap dihadapi dengan bahagia.
•
Terapkan pola hidup
sehat, hindari hal-hal yang dapat memicu
radikal
bebas.
•
Perbanyak konsumsi
makanan alami maupun suplemen yang
mengandung
antioksidan.
•
Menjaga keseimbangan
dalam hidup yang meliputi aspek mental,
spiritual,
fisik, dan sosial.
Berbagai
kajian dan studi tentang antioksidan masih perlu dilakukan,
mengingat
manfaatnya yang besar bagi kesehatan. Bahan-bahan alami dari
sumber
kelautan (tumbuh mikro alga dan hewan laut); tanaman tropis
(daun,
batang, bunga, dan buah) perlu dieksplorasi karena kandungan
bioaktifnya
yang bersifat antioksidan belum tuntas dikembangkan.
PENUTUP
Indonesia
kaya akan sumber daya alam yang berkhasiat sebagai bahan
pengawet
dan antioksidan alam, dimana belum dapat dimanfaatkan sebagai
bahan
baku.
Tantangan
dampak krisis ekonomi global yang saat ini ikut menerpa negara
kita,
perlu direspons dengan memberdayakan potensi sumber daya
alamnya
serta melakukan terobosan modifikasi isolasi sampai penyediaan
sendian,
yang secara nyata akan meningkatkan nilai ekonomisnya
menghasilkan
produk bersifat multifungsi dan multiguna.
Pengembangan
industri kimia pengawet dan antioksidan, merupakan bagian
dari
alternatif perwujudan visi USU “University for Industry”. Untuk
pengembangan
penelitian dasar dan aplikasi modifikasi isolasi komponen
kimia,
diperlukan kolaborasi dari berbagai disiplin iptek, seperti bidang
kimia,
biologi, biokimia, farmakologi, kedokteran, pertanian, teknik kimia,
teknik
industri, dan lain-lain. Karena itu bidang ilmu yang ada di USU
tersebut
perlu melakukan sinergi/interaksi yang lebih intensif untuk
mendapatkan
hasil yang maksimal. Sehingga dunia perguruan tinggi
menjadi
sentral dalam menstimulasi dunia usaha/praktisi dan pemerintah
agar
publikasi-publikasi ilmiah tersebut dapat diaplikasikan dalam skala
industri
dan secara nyata akan meningkatkan perekonomian masyarakat.
e
A, B, dan C. 1 Oktober–30 Desember 2000
Medan.
6.
Lokakarya Pengelolaan Materi Praktikum Laboratorium Kimia FMIPA